Pendidikan Kontra Terorisme dan Radikalisme

hemteiz
Atas peristiwa peledakan bom oleh pelaku teror di tiga gereja, rusunawa, dan di markas kepolisian di Surabaya, Jawa Timur, kita bukan sekadar prihatin melainkan turut mengutuk serta berharap kejadian ini cukup sebagai kejadian yang terakhir karena telah melukai begitu dalam nilai-nilai kehidupan yang sejatinya bukan dimusnahkan tapi dimuliakan. 

Yang kemudian membuat banyak orang tidak habis pikir, kenapa pelaku terorisme ini melibatkan anak-anak. Mungkin dari perspektif pelaku hal ini dilakukan secara sengaja karena tidak mungkin anak-anaknya dijadikan “yatim piatu” dan didik oleh orang lain, yang dari sudut pandangnya, berbeda idiologi. Pertanyaannya kemudian bagaimana menghadirkan Pendidikan kontra terorisme dan radikalisme sehingga sejak dini anak-anak sudah memiliki pengertian dan pemahaman yang cukup terhadap bahaya terorisme dan daya rusak radikalisme terhadap kehidupan? 

Kontra Terorisme 

Dalam menyikapi terorisme, Intelektual Muda Nahdlatul Ulama (NU) Ubaidillah Amin menyampaikan pendapat, seperti yang dilansir laman Tribun, 10/5/2018, soal terorisme pemerintah harus fokus di lembaga pendidikan umum, Mendikbud dan Menristekdikti harus membuat strategi gerakan deradikalisasi secara konkret, tak cukup dengan pendekatan hukum seperti saat ini. Benih-benih radikalsime itu dijejalkan dari usia muda. 

Oleh karena itu kita mengapresiasi seruan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui akun instragram resminya mengajak pihak sekolah untuk berperan aktif dalam melawan bahaya terorisme. Dikutip dari @ kemdikbud.ri, guru dan kepala sekolah dapat mengajak siswa untuk melakukan beberapa hal berikut: 

1. Sediakan waktu bicara pada siswa tentang kejahatan terorisme. Siswa sering menjadikan guru tempat mencari informasi dan pemahaman tentang apa yang sedang terjadi. 

2. Bahas secara singkat apa yang sedang terjadi meliputi fakta-fakta yang telah terverifikasi. Jangan membuka ruang terhadap rumor, isu, dan spekulasi. 

3. Beri kesempatan siswa untuk mengungkapkan perasaannya tentang tragedi/kejahatan yang terjadi. Nyatakan dengan jelas rasa duka kita terhadap para korban dan keluarganya. Baca juga: UGM: Medsos Bisa Jadi Pemicu Depresi Remaja. 

4. Arahkan rasa kemarahan pada sasaran yang tepat yaitu pada pelaku kejahatan, bukan pada identitas golongan tertentu yang didasari pada prasangka. 

5. Kembali pada rutinitas normal. Terorisme akan sukses apabila mereka berhasil mempengaruhi kehiupan sehari-hari dan kehidupan kebangsaan kita. 

6. Ajak siswa berpikir positif. Ingatkan bahwa negara kita telah melewati banyak tragedi dan masalah dengan tegar, gotong royong, semangat persatuan dan saling menjaga. 

7. Ajak siswa berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, TNI, petugas kesehatan yang telah melindungi, melayani dan membantu kita di masa tragedi. Diskusikanlah lebih banyak tentang sisi kesiapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror. 

Dalam mengatasi aksi terorisme dan radikalisme berbagai pendekatan harus dilakukan secara Bersama-sama. Terkait pendekatan lunak yang telah dilakukan oleh Indonesia, Jokowi menceritakan pengalaman pemerintah dalam menangani upaya deradikalisasi dan kontra radikalisasi di Indonesia. Di antaranya melibatkan para mantan narapidana terorisme yang telah insaf dalam pencegahan ancaman radikalisme dan terorisme. 

Selain itu, para mantan narapidana terorisme itu pun difasilitasi untuk bertemu dengan keluarga korban. Para mantan narapidana teroris tersebut saat ini membantu pemerintah dalam menyebarluaskan nilai-nilai toleransi dan perdamaian. 

“Mereka telah menjadi agen penyebaran toleransi dan nilai perdamaian. Dengan bantuan para mantan narapidana ini keluarga dan lingkungan mereka justru lebih mudah diubah menjadi lingkungan yang toleran dan damai," kata Jokowi bercerita. 

Dalam langkah pencegahan radikalisme dan terorisme, pemerintah juga bekerja sama dengan organisasi besar di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan juga Muhammadiyah. Presiden pun berharap kerjasama pemberantasan terorisme dan radikalisme ini dapat terus ditingkatkan. "Saya berharap kerja sama untukpemberantasan radikalisme dan terorisme akan dapat terus ditingkatkan, baik melalui pendekatan keras maupun pendekatan lunak. Indonesia siap berkontribusi," ucap Jokowi. "Kegagalan pencegahan tidak saja akan menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian besar lainnya, namun juga memicu reaksi eksesif yang tidak perlu terjadi,” ujar dia. 

Referensi: 

- Tribun.com 

- Republika.co.id 

- @ kemdikbud.ri

Proaktif Dalam Pendidikan Anak

Manusia merupakan makhluk berpengetahuan dan kenapa begitu ia lahir disambut oleh keluarganya dengan suka cita. Memang pada kasus tertent...