Indonesia
sebagai bangsa besar dengan penduduk ratusan juta sungguh rawan mengalami
disintegrasi bangsa. Potensi akan hal itu besar manakala enggan disikapi secara
arif dan bijak. Memang sejarah telah memperlihatkan bangsa ini sudah teruji
dengan berbagai tindakan instrupsi yang mencoba membelah nusantara dari
bangunan kesatuan Republik Indinesia.
Sekalipun
demikian, kiranya kita tidak boleh terlena akan prestasi yang telah terukir
dalam perjalanan sejarah bangsa. Kekokohan akan kesatuan dan persatuan harus
tetap dirawat dan dijaga. Menjaga hal ini yang urgent adalah melalui pendidikan
yang dilakukan sejak pendidikan usia dini dimulai. Pendikan apakah yang
relevan, yang bisa diupayakan? Kira-kira itulah pertanyaan besarnya.
Pendidikan
Multi Budaya
Pendidikan
berbasis multibudaya atau multikultural wajib diupayakan dalam kurikulum kita
karena keterkaitan dengan konteks kebangsaan yang memang faktanya sangat
majemuk.
Dalam
konteks yang lebih luas, pendidikan multikultura mencoba membantu menyatukan
bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas
masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Dengan
demikian sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dari nilai-nilai
demokrasi. Kurikulum menampakkan aneka kelompok budaya yang berbeda dalam
masyarakat, bahasa, dan dialeknya; dimana para pelajar lebih baik berbicara
tentang rasa hormat diantara mereka dan menunjung tinggi nilai-nilai kerjasama,
daripada membicarakan persaingan dan prasangka diantara sejumlah pelajar yang
berbeda dalam hal ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.
Pembelajaan
berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofi tentang kebebasan,
keadilan, kesederajatan dan perlindugan terhadap hak-hak manusia. Hakekat
pendidkan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja sama aktif
menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pendidkan multikultural
bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran
inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme lewat kurikulum yang
berperan bagi kompetisi budaya individual.
Pembelajaran
berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa
hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja sama
dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara
langsung. Pendidikan mutikultural juga membantu siswa untuk mengakui ketetapan dari pandangan-pandangan budaya
yang beragam, membantu siswa dalam mengembangakan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa
bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antara kelompok masyarakat
(Savage & Armstrong, 1996). Pendidikan multikultural diselenggarakan dalam
upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai
perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap
positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. (Farris & Cooper, 1994).
Akhirnya,
kita berharap semoga pendidikan mampu mengedepankan pandangan bahwa tidak
mungkin bangsa ini menjadi besar, terhormat, dan bermartabat tanpa adanya
praktik pembelajaran berbasis multikultural.
Jadi, mau kapan lagi!