Menyoal Kecerdasan, Hindari Jebakan "Bat Man"

Kecerdasan
Howard Gardner dalam bukunya Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, mengupas tuntas ihwal kecerdasan. Baginya, kecerdasan itu memiliki banyak bentuk, mulai dari kecerdasan musikal, logis-matematis, gerak tubuh sampai dengan kecerdasan empatis dalam hubungan antar manusia.

Masyarakat Indonesia sampai hari ini, ketika melihat kecerdasan, masih cenderung ke arah kecerdasan logis-matematis. Namun memang pandangan ini mulai berkurang seturut dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi, dan arus deras informasi di wilayah publik Indonesia.

Entahlah, seakan mengamini cara pandang Gardner, kurikum kita, Kurikulum 2013 versi revisi 2017, dalam proses pembelajaran didalamnya sudah mengintegrasikan berbagai anasir kecerdasan, seperti penguatan pendidikan karakter, literasi, 4C, dan kecerdasan berpikir tingkat tinggi atau HOTs.

Masih butuh waktu untuk melihat out put dari penerapan K13 yang direvisi ulang pada 2017. Akan seperti apa kecerdasan yang dimiliki anak bangsa? Jawabannya bisa sepuluh, duapuluh, dan atau tigapuluh tahun mendatang. Dengan catatan pemerintah tidak buru-buru mengganti kurikulum yang sedang berlaku. Hendaknya tidak seperti yang sudah-sudah ganti menteri ganti kurikulum.

Kita sedang memasuki tahun penting dan krusial di tahun 2018 dan 2019 ini, sebab di tahun ini bangsa Indonesia melaksanakan pemilu kada serentak dan disusul pileg dan pilpres tahun 2019. Kemudian publik menyebutnya sebagai tahun politik.

Adalah penting bagi kita selaku masyarakat pemilih, ketika memilih calon tersedia, menimbang calon yang sedang bersaing apakah politisi tersebut memiliki kecerdasan politik (political intelligence) , diluar kecerdasan yang disebutkan oleh Gardner.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita bisa mengenali politisi yang memiliki kecerdasan politik? Adalah Ellen Vrana, salah satu penulis politik asal AS, merumuskan lima ciri dari kecerdasan politik, yakni integritas, kesadaran diri, empati, strategi dan eksekusi. Ia memahami kecerdasan politik sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang, guna mewujudkan tujuan-tujuan tertentu.

Pertama, politisi yang di dalam dirinya terdapat sikap integritas, akan mampu bersikap jujur, adil, tidak menebar fitnah, memiliki prinsip, efektif dan efisien, dan berpihak pada kepentingan masyarakat banyak.

Kedua, politisi yang sadar diri, tentu saja dapat memahami dengan baik kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri.

Kerja seorang politisi adalah berbicara. Tapi politisii yang sadar diri, tahu kapan dia harus bicara dan kapan dia harus diam. Baginya berkomentar pada setiap hal tanpa berpijak pada data dan fakta, juga analisis yang dalam, hanya akan memerkeruh keadaan dan membuat gaduh.

Kesadaran diri akan melahirkan sikap tahu diri. Jika sudah terbukti korupsi atau tak lagi dipilih oleh rakyat, dengan kesadaran diri, orang lalu bisa mundur dari panggung politik dengan terhormat.

Ketiga, bagi siapapun memiliki sikap empati adalah penting. Empati adalah suatu kemampuan melihat dan merasakan dari sudut pandang orang lain. Ia dasar untuk bisa saling menghormati.

Politisi dengan empati yang tinggi akan mampu berdialog, berdebat, dan menghargai perbedaan pendapat secara elegan, bukan sebaliknya asal ngomong, menyerang, melecehkan, dan melakukan pembunuhan karakter, karena pijakannya adalah empati dan akal sehat.

Keempat, Strategi dan Eksekusi. Politisi yang meniliki kecerdasan politik adalah dia yang juga memiliki kemampuan berstrategi dan mengeksekusinya dengan baik.

Ia mampu merencakan kegiatan seraya mampu membaca dampak-dampak yang akan timbul dari kegiatan tersebut.

Dengan strategi yang bermutu, penelitian yang mendalam dan luas, serta ditunjang kajian ilmiah dengan pola pikir terbuka, bebas, rasional dan kritis, maka akan melahirkan kebijakan jangka panjang yang nyata dan bisa dirasakan manfaatnya secara bersama-sama mulai sejak kebijakan itu dieksekusi. 

lambat tapi pasti, dengan kelima ciri kecerdasan politik ini, citra perpolitikan kita akan semakin baik. Kerja politik pun akan menjadi kinerja yang sangat dihormati masyarakat. Dan partai politik pun menjadi kendaraan yang bisa bersaing sehat dan beradab, jauh dari praktik-praktik transaksional, guna meraih kekuasaan menuju pencapaian tertentu yang positif bagi masyarakat luas.

Oleh: Muchsin Ismail

Share this

Related Posts

First

Proaktif Dalam Pendidikan Anak

Manusia merupakan makhluk berpengetahuan dan kenapa begitu ia lahir disambut oleh keluarganya dengan suka cita. Memang pada kasus tertent...